Terasi, Jangan Dimakan Mentah
Sebenarnya ada tiga macam terasi, yaitu terasi udang, terasi ikan, serta terasi campuran antara ikan dan udang. Di Indonesia, terasi udang lebih disukai daripada terasi ikan karena aromanya lebih sedap dan rasanya lebih lezat.
Mutu terasi ditentukan oleh penampakan, warna, bau, dan adanya serangga atau ulat. Ciri-ciri terasi yang baik adalah berwarna gelap, bau khas terasi, tidak tengik, serta tidak ada kotoran berupa pasir, sisa ikan dan udang, atau bahan lainnya.
Terasi sebenarnya memiliki warna asli seperti tanah, yakni coklat kehitam-hitaman. Ada pula terasi yang berwarna merah. Warna itu dapat berasal dari pigmen udang atau bahan pewarna alami yang sengaja ditambahkan ke dalamnya.
Untuk menarik calon pembeli, banyak produsen nakal yang menggunakan rhodamine B sebagai pewarna karena harganya murah dan warnanya lebih mencolok. Padahal rhodamine B bukan untuk makanan, tapi untuk mewarnai tekstil dan kertas.
Zat pewarna tersebut sangat berbahaya, apalagi bila dikonsumsi jangka panjang karena bisa memicu kanker. Meski kadar rhodamine B dalam terasi sangat kecil, lambat laun bisa terjadi penumpukan dalam tubuh manusia. Karena itu masyarakat perlu mewaspadai tampilan terasi yang berwarna merah mencolok.
Selain mewaspadai zat warna berbahaya yang dipakai, menurut ahli teknologi pangan dari IPB, Prof.Dr.Made Astawan, sebaiknya terasi tidak dikonsumsi mentah. "Saat hendak dikonsumsi, sebaiknya terasi dimasak untuk membunuh mikroba penyebar penyakit," katanya.
Terasi bisa dimasak dengan cara dibakar, dikukus, atau digoreng terlebih dahulu. Proses pemasakan juga bisa meningkatkan aroma terasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar