Belut tak hanya disukai oleh masyarakat lokal saja. Negara-negara seperti Jepang, Hongkong, Cina, Taiwan, dan Korea Selatan merupakan negara pengkonsumsi belut paling besar di Asia. Bahkan di negara-negara seperti Italia, Perancis, Spanyol, Belanda, Denmark, Inggris, Australia, dan Selandia Baru sudah menjadikan belut sebagai menu tambahan dalam setiap hidangan.
Bagi masyarakat Eropa, belut merupakan masakan papan atas yang hanya bisa ditemui di hotel berbintang dan restoran mewah. Tentunya, hidangan ini tidaklah murah harganya. Berdasarkan hal itu, tak ayal jika bisnis belut makin hari makin meningkat.
Di Indonesia sendiri, belut mulai digemari sejak tahun 1979. Tingginya permintaan akan belut, baik segar maupun olahan untuk pasar lokal dan luar negeri, memacu sebagian orang untuk memperdalam bisnis ini.
Saat ini, sentra budi daya belut di Indonesia bisa kita temui di Yogyakarta dan di sekitar Jawa Barat. Umumnya, jenis belut yang diperdagangkan di Indonesia adalah belut sawah (Monopterus albus) dan belut rawa (Simbrankus bengalesis mc. Cell). Namun, ada juga yang memilih belut sungai atau laut.
Sebenarnya, budi daya belut ini tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Dari segi biaya pun, kita tidak perlu banyak mengeluarkan modal jika dibandingkan dengan pembudidayaan ikan jenis lain.
Lahan sempit tidak menjadi persoalan dalam budi daya belut. Pasalnya, hewan ini bisa dipelihara di lahan yang sangat tebatas, sekali pun di dalam drum atau tong. Sedangkan secara teknis, pembudidayaan belut hanya memerlukan perhatian dan pemeliharaan yang baik. Apalagi jika ditunjang dengan keuletan dan keseriusan dalam memeliharanya, pasti produksi belut akan meningkat.
Dengan modal yang terbilang murah dan teknik budi daya yang sederhana, nampaknya bisnis ini layak untuk Anda coba. Soal keuntungan, jangan ditanya. Dengan permintaan yang tinggi dari dalam negeri maupun luar negeri, bisa dipastikan Anda dapat dengan mudah meraihnya jika belut yang Anda hasilkan berkualitas. Selamat mencoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar